Waktu menunjukan pukul 03.00 dini hari kala itu, Sabtu, 21 November 2015, sebelum ayam berkokok kami telah lebih dulu bersiap-siap menyambut hari. Sejak lama hal ini direncanakan, segala sesuatunya telah dipersiapkan dari A sampai Z, dan pada saatnya tiba kami sungguh bersemangat. Tentulah semangat kami berlipat ganda, karena kami akan berlibur menuju Bali untuk tiga hari kedepan. Yaaay! Dan inilah cerita perjalanan kami yang sangat berkesan dan membekas di setiap kepala keluarga besar Wadezig!.
Dengan dingin yang masih menusuk, kami bergerak dari Wadezig! Playground menuju Bandara Husein Sastranegara. Jalanan yang lengang membuat perjalanan terasa singkat, tak butuh waktu lama kami telah sampai di bandara. Waktu take-off yang dijadwalkan pukul 06.30 WIB membuat kami harus menunggu, sembari menunggu mengisi perut adalah hal yang kami lakukan.
Syukurlah, semua berjalan sesuai rencana, pesawat yang memberangkatkan kami tidak terkena delay, kami pun terbang menuju Bali. Selama di pesawat kami tidak merasa bosan, karena setiap penumpang sungguh dimanjakan dengan pelayanan maskapai premium yang kami naiki ini. Akhirnya, setelah kurang lebih dua jam mengudara kami mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. Kami tiba kurang lebih pukul 09.00 WITA, dengan estimasi perbedaan waktu satu jam lebih cepat dari Bandung
Di pintu kedatangan bandara kami telah ditunggu oleh tour guide yang akan menemani selama di Bali. Belakangan kami tahu nama mereka adalah Mbok Kadek, Mbak Rika, dan Mas Chairul. Setelah bertemu ketiganya, satu-persatu dari kami dikalungi bunga sebagai tanda selamat datang. Tak lupa sesi foto bersama, mengabadikan momen kedatangan kami di pulau dewata. Sedangkan di sudut parkiran bus yang akan membawa kami telah menunggu, oleh para guide kami diarahkan untuk masuk ke dalam bus, seketika bus pun terisi penuh dan mulai melaju meninggalkan bandara. Saat itu pula petualangan kami dimulai.
Setelah keluar area bandara bus melaju menuju arah Nusa Dua untuk menyambangi Tanjung Benoa sebagai destinasi pertama. Di perjalanan kami melewati jalan tol di atas laut Bali Mandara, pemandangan terasa berbeda ketika kami melewati jalan ini dengan laut di kanan-kirinya. Tak butuh waktu lama untuk sampai di Tanjung Benoa, sesampainya di sana kami langsung ditawari berbagai permainan water sport seperti banana boat, flying fish, hingga diving, namun kami lebih memilih untuk menyebrang ke pulau Penyu.
Dengan menyewa perahu kecil, dari Tanjung Benoa kami menyebrang ke pulau yang dihuni oleh ratusan penyu dan spesies binatang lainnya. Pulau penyu tampak seperti kebun binatang mini, kami melihat penyu dengan berbagai ukuran dari yang kecil sampai besar, selain itu terdapat juga ular python, burung hantu, kelelawar, elang, landak, juga biawak. Binatang-binatang tersebut sepertinya sudah dijinakan sehingga kami bebas memegang dan mengelusnya.
Puas berkeliling pulau penyu, kami kembali ke Tanjung Benoa untuk melanjutkan ke destinasi berikutnya. Sungguh gembira ketika tahu tempat yang dituju merupakan tempat untuk makan siang. Horee! Dari Tanjung Benoa bus menuju Jl. Pintas Siligita, Nusa Dua, disana terdapat Warung Nasi Ayam Ibu Oki. Warung ini menjadi salah satu tempat kuliner favorit wisatawan yang ingin mencoba makanan khas Bali. Benar saja, ketika kami sampai meja-meja telah penuh terisi wisatawan lokal maupun asing sedang bersantap siang. Dengan sedikit berdesakan, kami membaur diantara mereka untuk mencicipi nasi ayam yang terkenal seantero Bali ini.
Menu yang dipesan adalah nasi ayam komplit berisikan nasi, sate lilit ayam, potongan ayam goreng dan ayam betutu, suwir ayam, pepes ayam, telur, urab, kacang tanah goreng, yang disiram dengan sedikit sambal berminyak. Tak lama makanan dihidangkan di meja, perut sudah tak berkompromi lagi dan kami makan dengan lahap. Rasa nasi ayam yang pedas ditambah panasnya udara Bali siang itu membuat keringat bercucuran, untunglah es kelapa hadir sebagai pelepas dahaga, kombinasi yang pas nasi ayam dan es kelapa melengkapi santap siang kala itu. Kalau kamu ke Bali kami rekomendasikan untuk mencoba makanan ini.
Setelah perut terisi penuh tentulah tenaga kembali pulih, selanjutnya kami akan menuju Pantai Pandawa, Pantai Padang-Padang, dan Pura Uluwatu. Dari Warung Ibu Oki menuju Pantai Pandawa perjalanan ditempuh dalam waktu 30 menit. Pantai Pandawa terkenal karena laut biru dan pasir putihnya, keindahan pantai ini tersembunyi di balik tebing-tebing kapur yang menjulang. Tak lengkap rasanya apabila ke pantai tetapi tidak bermain air, seketika kami terjun tak peduli panas sedang terik-teriknya. Sebagian dari kami memberanikan diri bermain kayak, perahu kecil tersebut disewa dari pedagang di sekitar pantai.
Puas berada di Pandawa kami beranjak menuju Pantai Padang-Padang, pantai ini tidak seterkenal pantai lainnya oleh karena itu disini menawarkan suasana tenang ditambah deburan ombak yang lebih besar. Hal tersebut membuat pantai Padang-Padang lebih disukai wisatawan asing, selain berjemur mereka biasanya melakukan surfing. Diantara para bule kami larut merasakan keindahan pantai ini.
Kami kembali beranjak, selanjutnya menuju Pura Uluwatu untuk melihat sunset. Pura ini berada di atas batu karang yang menjorok ke tengah lautan. Suasana spiritual kental terasa di sini, di depan pintu masuk area pura bagi pemakai celana pendek wajib mengenakan sarung, sedangkan pemakai celana panjang cukup mengenakan kain yang diikatkan di pinggang. Kami harus melewati banyak anak tangga sebelum sampai di spot terbaik melihat matahari terbenam. Lama menanjak terbayar dengan pemandangan yang menakjubkan dari atas melihat matahari perlahan turun keperaduannya.
Seiring terbenamnya matahari membuat hari semakin gelap, ini juga merupakan pertanda bahwa kami harus segera menuju hotel. Banyaknya destinasi yang dikunjungi membuat badan ini agak lelah, di perjalanan kami menyempatkan makan malam di Rumah Makan Grafika. Lokasi rumah makan yang berdampingan dengan pusat oleh-oleh Krishna tak kuasa menahan hasrat kami untuk berbelanja. Setelah selesai makan, dengan tenaga tersisa kami berkeliling mencari oleh-oleh dan setelah itu kami benar-benar menuju hotel.
Sungguh lega tour hari pertama selesai dan kami sampai juga di Hotel Horison Sunset Road. Setelah pembagian kunci, kami menuju kamar masing-masing untuk membersihkan diri dari keringat seharian tadi. Hey! Ini belum usai, kami tidak lekas tidur setelah mandi, tetapi kembali berkumpul di lobi hotel melepas lelah dengan obrolan ringan dan permainan agar kebersamaan semakin erat. Tak terasa malam menjadi larut, dari lobi kami kembali ke kamar untuk merebahkan badan. Karena esok kami akan disuguhkan sesuatu yang ekstrim. (Bersambung)