Street art crew asal Bandung yang juga bagian Wadezig!Familia, MUTE, menggelar pameran bertajuk “Silent Space” pada Sabtu (21/03) lalu, bertempat di Lou Belle Shop Jl. Setiabudi No. 58 Bandung. Dalam pameran ini, MUTE memajang puluhan karya mereka dengan menggunakan berbagai media seperti kanvas, toys, cans, sampai menggambar langsung di tembok.
Ratusan penggemar dan penggiat street art turut hadir memeriahkan pembukaan pameran ini. Tak sampai disitu, di sudut ruangan seorang disc jockey (DJ) dengan dj-set lengkap memutarkan playlist lagu-lagu up-beat untuk membuat suasana showcase menjadi lebih hidup. Sembari melihat-lihat graffiti pengungjung dibawa ke dalam suasana old school hip-hop.
Selain pameran, acara malam itu diisi dengan diskusi dan sharing session bersama Herry Sutresna dan Reggie Munggaran. Membahas soal perkembangan street art kota Bandung dan arah seni ini di masa depan, keduanya memaparkan pengalaman masing-masing ketika bersentuhan dengan street art. Terlebih, mereka pernah terlibat dalam project “One Village One Playground,” suatu kegiatan yang digagas dua orang ini bersama Urbane Community dan Fab Family untuk merubah daerah-daerah pinggiran menjadi lebih berwarna dengan sentuhan street art.
Herry berujar bahwa seni yang baik adalah seni yang memiliki dampak bagi masyarakat sekitar, “ketika seni berada di jalan tidak ada kurator seni yang menilai, masyarakat adalah kuratornya,” katanya. Lebih lanjut ia mengatakan, ketika seni tidak berdampak apa-apa bagi masyarakat maka seni tersebut merupakan hal yang sia-sia atau pointless.
Ucapan Herry tersebut dikuatkan oleh Reggie yang memaparkan fakta tentang keadaan masyarakat Blok Tempe, Babakan Asih, Bandung, berubah setelah daerah mereka digambari graffiti berwarna warni, “siapa sangka project One Village One Playground bisa berdampak besar bagi masyarakat disana, mereka saling membuka komunikasi pada akhirnya. Contohnya, ketika ada salah satu rumah warga yang telah digambari akan di renovasi mereka berembuk, mencari kesepakatan apakah boleh atau tidak menghilangkan gambar itu. Dari komunikasi ini saja merupakan pencapaian yang luar biasa, kalau dulu warga saling ‘membacok’ satu sama lain, nah sekarang di antara warga cair dan membaur satu sama lain,” kata Reggie.
Sesi diskusi berlangsung seru dan hangat karena berlangsung dua arah, beberapa orang mengajukan pendapat dan argumennya masing-masing mengenai pengalaman mereka selama bergelut di dalam dunia street art. Hingga akhirnya kegiatan ini harus berakhir karena waktu yang diberikan telah habis digunakan, dan ditutup dengan foto bersama seluruh peserta.
Setelah sharing session berakhir, acara dilanjutkan dengan after party “SILENT SPACE” yang bertempat di Maja House Jl. Sersan Bajuri No. 72, Cikahuripan, Lembang. Berkolaborasi dengan Traffic Light (TRL) pesta ini dimeriahkan oleh Mocha Addict, Jiezy, Rae, Huget, Raraarar, Rizal Sastra dan RizkyCore.
Pameran Silent Space ini merupakan satu rangkaian kegiatan dari sebuah festival Street Art Internasional bertajuk “STREET STAGE” yang akan dilaksanan pada bulan Mei 2015 mendatang. MUTE merupakan kolektif crew yang terbentuk di tahun 2007 dan terdiri dari tiga orang yaitu Noah, Bedlam, dan Kumkum.
Bagi kamu yang tidak sempat datang ke acara keren ini, lihat dokumentasinya di sini.