WDZG!Familia Trip to Bali (Part 2)

Ini merupakan lanjutan catatan perjalanan kami di Bali beberapa waktu silam. Jika kamu belum tahu apa yang dialami sebelumnya, silahkan baca di sini terlebih dahulu. Oke, lanjut!

Hari ini Minggu, 22 November 2015, pukul 07.00 WITA kami bangun dan bergegas menuju bagian bawah lobi hotel untuk sarapan. Di sana sudah dihidangkan berbagai macam makanan dari menu prasmanan, roti, nasi goreng, lontong kari, susu, sereal, hingga omelete, kami tinggal memilih saja sesuai selera masing-masing. Menariknya, di hotel Horison ini sambil sarapan kita bisa menikmati fasilitas kolam renang dan gym secara gratis.

wdzgxbali-36

wdzgxbali-35

Hal ini tak boleh disia-siakan, kami langsung terjun ke kolam renang setelah mencicipi beberapa makanan. Setelah puas merasakan segarnya air dengan berenang kesana kemari, ditambah perut yang sudah terisi kami segera kembali ke kamar masing-masing membersihkan diri dan bersiap memulai perjalanan hari ini.

Apabila kemarin kami mengeksplorasi keindahan pantai, hari ini kami akan melakukan aktivitas berbeda dengan melakukan hal ekstrim. Ada banyak opsi permainan yang ditawarkan seperti paint ball, flying fox, outbound, hiking, arung jeram, dll, dan kami tertarik untuk melakukan arung jeram. Bus telah menunggu di pelataran hotel, dari tempat kami yang berada di Nusa Dua bus melaju menuju Karangasem. Daerah Karangsem berada di bagian timur pulau Bali, selama perjalanan kami menikmati pemandangan bukit dan sawah yang masih terjaga keasriannya. Dua jam menempuh jalan berkelok dan menanjak akhirnya kami sampai juga di Desa Rendang, Karangasem. Di sini terdapat banyak operator yang menawarkan paket arung jeram, setelah meminta sedikit saran kepada para guide pilihan jatuh kepada operator “Alam Amazing Adventures.”

Memasuki area Alam Amazing Adventures kami disambut dengan suara gong dan sapaan salam “om swastiastu”, udara segar dan suasana hijau di sekeliling begitu menyejukan mata. Tak sabar rasanya merasakan aliran sungai Telaga Waja yang konon katanya air di sungai ini sangat jernih dan belum terkontaminasi limbah dan sampah. Lalu, kami dipersilahkan untuk mengenakan peralatan arung jeram yang terdiri dari helm, pelampung, dan dayung. Peralatan pun lengkap terpasang, kami berjalan ke hulu sungai menuju start point dengan menuruni beberapa anak tangga dan melewati sawah-sawah yang sedang dipanen.

Sampai di hulu sungai kami tak lantas memulainya begitu saja, agar berarung jeram dengan aman kami diberikan instruksi terlebih dahulu dari cara duduk, cara mendayung, cara melewati ranting pohon, dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ketika turun nanti. Instruksi selesai diberikan, kami lalu dipecah menjadi beberapa kelompok dimana setiap kelompok berisikan empat orang. Kelompok kecil ini akan naik di satu boat dengan didampingi satu instruktur. Rasa berdebar hinggap, tentulah ini pengalaman pertama kami melakukan arung jeram.

Byuuur! Boat mulai melaju dan membelah arus sungai, benar saja air sungai ini sangat jernih dan terasa segar. Terdapat tiga fase yang akan kami lewati selama arung jeram, fase pertama merupakan jeram dengan arus tenang, fase kedua jeram dengan bebatuan, terakhir jeram arus deras dengan menuruni dam. Seperempat pengarungan kami melewati berbagai rintangan yang menghadang dari jembatan bambu, bebatuan besar, dan ranting-ranting pohon. Kadang boat kami menabrak tebing-tebing curam yang terdapat di pinggir sungai, beberapa boat bahkan sempat terbalik karena derasnya arus.

Di tengah pengarungan kami terkagum melihat air terjun dengan suara gemuruh yang keras, sungguh pemandangan menakjubkan. Dua setengah jam lebih kami mengikuti aliran sungai menuju hilir sepanjang 16 km dengan finish point berupa turunan curam setinggi 15 meter. Splaaash! Melewatinya seperti dihentakan, detak jantung bagai berhenti dengan air bercipratan ke seluruh tubuh, berteriak adalah cara terbaik untuk melepaskan ketakutan. Syukurlah semua selamat terlewati, itu berarti selesai juga petualangan arung jeram ini, kami berhasil menguji nyali menaklukan tantangan alam ini. Tetapi penderitaan belum berakhir, setelah turun dari boat kami harus menanjak melewati ratusan anak tangga untuk sampai di tempat istirahat. Kami lalu membersihkan diri dan makan siang sesampainya di tempat istirahat tersebut.

Kami masih harus melanjutkan perjalanan hari ini, setelah memulihkan tenaga kami kembali naik ke dalam bus menuju destinasi berikutnya yaitu Pura Tirta Empul di Tampaksiring. Kami tidak ingat berapa lama perjalanan ditempuh karena kami terlelap tidur di dalam bus, hingga akhirnya guide membangunkan kami memberitahu bahwa kami telah sampai di lokasi. Pura Tirta Empul berada di Gianyar, bersebelahan dengan komplek Istana Presiden Tampak Siring. Pura ini memiliki mata air suci yang digunakan oleh pemeluk agama Hindu untuk permandian dan memohon tirta suci. Disini juga terdapat kolam persegi panjang dengan 30 buah pancuran dimana setiap pancuran memiliki nama dan tujuannya masing-masing, sebelum sembahyang umat hindu menyucikan diri di kolam ini. Ketika masuk area pura atmosfir spiritual sangat kental terasa, ramainya masyarakat sekitar yang sedang sembahyang menguatkan kesan tersebut. Tak butuh waktu lama untuk berkeliling ke seluruh bagian pura, setelah puas mengabadikan beberapa momen kami kembali beranjak.

Destinasi selanjutnya merupakan wisata belanja, dari Pura Tirta Empul kami kembali ke daerah Kuta menyambangi pusat kata-kata Joger. Tempat ini menjual berbagai pernak-pernik dan kaos dengan merek Joger, yang menjadi pembeda adalah dalam setiap perniknya Joger menyematkan tulisan kata-kata nyeleneh atau ungkapan satir. Terdapat aturan tidak tertulis yang diyakini wisatawan bahwa tak lengkap ke Bali apabila tidak mengunjungi Joger. Hal tersebut terbukti ketika kita berada disini, toko yang tidak terlalu besar ini dipenuhi wisatawan lokal. Kami pun turut berburu beberapa pernik khas dari Joger.

Sore menjelang, dari Kuta kami menuju ke arah Jimbaran untuk melihat matahari terbenam sembari makan malam di pinggir pantai. Daerah Jimbaran memang terkenal dengan restoran-restoran pinggir pantainya, dan salah satu spot terbaik melihat sunset. Perjalanan menuju Jimbaran bisa dikatakan lancar, kami tiba ketika matahari bersiap turun. Restoran yang kami pilih bernama Jimbaran Bay Seafood, kemudian kami duduk di meja yang telah dipesan sebelumnya. Pemandangan sekeliling begitu memikat, menyaksikan Sang Surya turun secara perlahan ke peraduannya dengan semilir angin berhembus, sungguh pengalaman yang tidak ada duanya.

wdzgxbali-64

Terpikat melihat matahari terbenam, kami tak sadar apabila makanan telah dihidangkan di atas meja. Menunya berupa set makanan seafood berisi nasi, kerang, udang, ikan, calamary ring, dan beberapa macam sambal menggugah selera bukan? Beberapa yang tak suka seafood diganti dengan ayam bakar atau goreng. Sejurus kemudian, kami makan dengan lahap hingga tak ada yang tersisa di atas meja. Sebelum beranjak kami sempat mendengarkan beberapa lagu nostalgia milik Elvis Presley dan The Beatles yang di mainkan musisi jalanan sekitar.

Makan malam di Jimbaran menjadi akhir perjalanan hari kedua ini, kami kembali ke hotel untuk segera beristirahat sekaligus merapikan barang bawaan. Esok adalah hari terakhir kami di Bali, menyisakan beberapa perjalanan ke destinasi lainnya. Tunggu ceritanya di postingan berikutnya.


Posted

in

by

Tags: