Seperti yang kami tuliskan di artikel Pasangan Graffiti Artist Dari Seluruh Dunia, duo Sheryo dan The Yok merupakan graffiti artist yang sedang menjadi perhatian di kalangan komunitas street art dunia saat ini. Setelah minggu lalu mengenal Sheryo, maka tulisan kali ini kami menghadirkan profil dari The Yok. Mengenai street artist satu ini namanya telah diulas di berbagai zine dan web seperti globalstreetart.com, streetartnyc.org, hingga thehundreds.com.
Yok sebenarnya berasal dari Perth, Australia, namun kemudian ia memutuskan pindah ke New York. Alasan di balik kepindahannya, ia ingin mendorong dirinya untuk lebih aktif aktif berkarya dan menemukan komunitas yang lebih luas. Baginya, New York memiliki energi kreatif yang kuat dan hal tersebut memotivasi Yok dalam membuat graffiti. Terlebih, New York merupakan tempat lahir budaya graffiti/rap sehingga ingin mengetahui bagaimana kemampuan dirinya bersaing di kota ini.
Mengenai arti dibalik nama Yok, ia beralasan ingin nama yang tidak memiliki makna apapun sebelumnya, oleh karena itu dipilih ‘Yok’. Ia ingin memberikan makna nama itu melalui graffiti-graffiti ‘norak’-nya. Tetapi kemudian, setelah memilih nama itu ia menemukan arti ‘Yok’ dalam bahasa Cina yang berarti giok, juga dalam bahasa Yiddi yang merupakan kata slang untuk menghina kaum non-yahudi.
Dibandingkan tag dan throw-up, graffiti karakter adalah spesialisasinya. Meskipun ia sering membuat graffiti letters ‘YOK’, tetapi ia tidak pernah melakukannya secara serius. Graffitinya memiliki ciri khas dengan kumis dan janggut yang selalu menempel di setiap bentuk karakternya, dari mahluk berwajah aneh, anjing laut, hingga Gargoyle (sejenis mahluk dengan sayap kelelawar). Yok terinspirasi dari kota kelahirannya yang merupakan kota Nelayan dan banyak berkeliaran pria dengan kumis dan janggut lebat, sehingga memicu obsesinya membuat hal serupa.
Mengenai inspirasinya, sejak kecil Yok gemar melihat kartun di majalah Mad Magazine, dan setelah itu ia mencoba melukis berdasarkan yang ia lihat di majalah tersebut. Kemudian, ia mulai mencoba menggambar di dinding dengan ditemani beberapa artist lokal di Perth, AYEM crew salah satunya. Mereka sangat membantu Yok di awal karirnya dan banyak memberikan arahan dan petunjuk bagi Yok dalam membuat graffiti. Yok juga terinspirasi oleh Ewok, Crayola dan Dalek. Kemudian, karena ia fokus mengembangkan gayanya sendiri, Yok dipengarhui oleh Twist, Don Martin, Mort Drucker, Phil Frost dan Mike Giant.
Saat ini, dalam berkaraya Yok lebih sering berkolaborasi dengan Sheryo. Berdua, mereka melakukan traveling ke berbagai belahan dunia, menggelar pameran dan membuat graffiti di kota-kota seperti Melbourne, Sydney, Bangkok, Hong Kong, Taiwan, Berlin, New York, Tokyo dan London. Selama berkeliling ke berbagai negara, benua Asia menjadi tempat favoritnya, alasannya di sini Yok menemukan bir dengan harga murah, makanan lezat, dan graffiti bukan merupakan masalah yang serius, sehingga ia bisa menggambar dengan leluasa. Budaya di negara Asia juga sangat kaya dan itu menginspirasinya seperi mitologi ramayana, kuil, roh, ular berkepala dua, dan folklore lainnya. Yok yang merupakan pecandu surfing sangat terkesan ketika ia mengunjungi pantai di Indonesia.
Sejak 2001 Yok telah memerkan karyanya di berbagai shows dan live painting event, diantaranya:
- Nasty Goreng, Superchief Gallery, Los Angeles & New York, Amerika Serikat
- A3C Hip Hop Festival, Atlanta, Amerika Serikat
- “Wizard Wardrobe” Group Show Installation in old Police Precinct, East Village, New York, Amerika Serikat
- Mural Painting Festival, Detroit, Amerika Serikat
- FORM, Mural painting in Port Hedland, Australian Outback
- Pow Wow Taiwan; Taipei
- Outdoor Mural Festival, Public Street Art Festival, Perth, Australia
- Art Residency, Yogyakarta, Indonesia