Setelah beberapa kali meng-interview online publishing manca negara seperti Design is Kinky dari Australia dan SWGNT Los Angeles, kali ini Wadezig! menghadirkan online publishing lokal, KVLT Magazine. Apa dan siapa itu KVLT? Simak interview-nya di bawah ini.
Bisa diceritakan sedikit tentang apa itu KVLT dan latar belakang berdirinya?
KVLT itu adalah sebuah media yang dibikin dulu hanya untuk iseng saja, baru kemudian dibuat serius. Pemilihan nama KVLT (plesetan dari CULT) adalah karena dulu ingin membuat media yang nyeleneh. Karena itu konten-konten di KVLT dibuat terlihat kampungan tapi elegan.
Kenapa namanya KVLT? Kenapa U-nya diganti V? Kalian hipster ya?
Hmm… Karena belum ada media yang KVLT. Dan, memang dalam bahasa slang, nama KVLT itu ternyata memang ada. Arti dari KVLT itu adalah menghamba. Dulu sempat ribet sendiri sih karena bukan KULT saja, tapi “V” itu malah menjadi kelebihan juga. Karena sering ada yang bilang, “itu loh majalah K.V.L.T” Mereka mengeja kalimat dengan menyebut “V”-nya.
KVLT itu printed magazine atau online atau dua-duanya? Kalo dua-duanya, isinya sama ga antara yang online sama yang printed?
Dulu ada edisi cetaknya, tapi kemudian dihentikan karena edisi cetaknya kalah cepat dengan berita yang KVLT tampilkan secara online. Perbulan Febuari 2014, mungkin –ini masih mungkin ya, KVLT akan ada edisi yang majalah unduhnya. Isi konten antara majalah dengan media online-nya akan sangat berbeda sekali, tapi memiliki benang merah.
Kalian dapat berita atau info dari mana?
Mau tau aja apa mau tau banget?
Banyak info atau berita konyol di KVLT. apa yang kalian harapkan dari orang-orang setelah membaca KVLT?
Kami harapkan orang akan bahagia dan juga bertambah informasinya. Sehingga kalau mereka lagi kongkow bersama temannya jadi ada bahan omongan. Nggak cuma cengo’ dengerin teman-teman lainnya saling bercerita.
Aslinya kalian orangnya serius ga?
KVLT berisikan orang yang sangat serius. Kalau sedang meeting mingguan saja KVLT bisa sampai meeting selama 4 jam: 3 jam biasanya kami hanya saling bercerita lucu atau ngomongin orang lain –ya, KVLT memang tukang gosip. 30 menit kemudian baru sadar, “loh kita kan lagi meeting!” Lalu meeting hanya berjalan serius 30 menit saja.
Pertanyaan berat, apa itu streetwear? Apa pula itu sub-culture?
Berat? Streetwear = baju jalan. Sub-culture = Kultur Sub. #gituajakokrepot
Bagaimana kalian melihat streetwear lokal?
Ya, lumayan kok anaknya: baik, rajin ibadah, mulai berhenti ngerokok juga. Kemarin katanya bulan depan sudah mau pergi umroh kalau memang ada rejekinya.
Ada pembagian porsi yang jelas ga di KVLT, antara muatan lokal dan muatan luar?
Karena AFTA (ASEAN Free Trade Area) akan dijelang pada 2015 nanti, maka pembagiannya dibuat sama rata.
Siapa yang memutuskan suatu berita layak ditampilkan di KVLT atau tidak?
Pooling SMS dari masyarakat ke nomor: 9333
Seperti apa kira-kira kriteria berita yang layak tampil?
Yang aktual dan nakal.
Apa pendapat KVLT tentang slogan “support your local (scene, music, industry, whatever)” ? Setuju harus support? Atau seharusnya ga usah dibedain lokal atau non-lokal?
Mendukung produk lokal itu baik, karena kalau bukan kita yang mendukung siapa lagi yang akan mendukung? Meski begitu, apapun yang lokal buat –musik, fashion, art, dan sebagainya– sudah layak kok bersanding dengan yang dari mancanegara.
Di Indonesia, ada beberapa ‘level’ clothing brands. ada kelas distro, ada kelas premium brand, dan ada kelas-kelas lain di bawah atau diantaranya. Bagaimana kalian melihat hal ini?
Bagus. Karena yang distro sekarang jadi ingin meningkatkan posisinya ke arah premium brand. Beberapa distro untuk lookbook-nya sudah memakai model-model dari luar negeri.
Premium brand ada karena kelas menengah di Indonesia memang meningkat pesat. Kafe-kafe tempat ngopi yang dulu dianggap mahal untuk segelas kopinya, sekarang sudah terasa murah saja untuk dibeli. Hal itulah yang membuat barang distro jadi sepertinya biasa saja. Tidak cihuy lagi. Padahal secara produksi dan kualitas sih sama antara distro dan premium brand.
Pembedanya adalah konsep ‘gaya hidup’ yang ditawarkan. Jika dulu pakai distro sudah paten punya, sekarang pakai baju distro kayaknya agak kurang oke. Hal itulah yang meyebabkan kelas mengengah ini lari ke produk premium brand.
BTW, premium brand ini anak perusahaannya susu Bear Brand bukan sih?
Di scene streetwear luar ada juga ga sih pembagian ‘kasta’ kaya di sini? apa contohnya?
Diluar negeri malahan brand yang kelasnya premium jadi main streetwear. Hal ini katanya sih sempat bikin jengah para pelaku industri streetwear di luar sana. Karena melawan kualitas produksi pabrikan dengan (kualitas produksi) rumahan kan bukan hal yang mudah.
Bagaimana pendapat kalian tentang event clothing brand yang ceritanya mau mengangkat industri lokal, tapi berakhir dengan menjadi bazaar perang diskon?
Bagus donk! EO-nya kan jadi tajir tuh.
Seperti apa sih kantornya KVLT? sehari-hari ngapain aja?
Kantornya KVLT biasa saja. Yang kerja aja nggak ada. Palingan ada satu orang yang kerjaannya bales-balesin e-mail. Sehari-hari KVLT biasanya diisi dengan acara tausiah dan mengaji.
Bisa disebutin 8 lagu yang paling sering diputer di kantornya KVLT?
Placebo – Every me Every you
Daughter – Love
Young The Giant – It’s About Time
Koop – Island Blues
Sound Solution – Jah Is The One
Sons of the Sea – Come Together
Kodaline – All I Want
Travis – Flowers in the Window
Thanks and cheers, KVLT!